Baru saja hujan berhenti bahkan luka tak kunjung mengering.
Sudah saatnya menata hidupku. Menutup luka itu sedikit demi sedikit meski kadang masih sering mengelupas. Sudah cukup mendungnya. Aku harus bisa menaklukan hatiku sendiri. Tapi bukan berarti juga aku menutupnya untuk cinta yang lain. Aku masih 16 tahun jadi wajar bila patah hati. Memang sudah waktunya ditempa cinta. Toh semata-mata agar hati ini siap untuk lebih sakit dari sebelumnya,biar sekuat baja,seluas samudra,dan serendah hatinya. Kalaupun harus jatuh tersungkur harus bisa bangun lagi. Senyumin aja. Doakan saja jodohmu kelak agar cepat dipertemukan denganmu. Tunggu saja hingga Tuhan menjawabnya dengan indah. Dan sembari menunggu,siapkan hatimu agar ketika jodohmu tiba, kamu sudah siap menerimanya dengan sepenuh hati.
Nah,sembari menunggu jodohku datang. Aku ingin memberi kasih pada orang-orang yang dahulu mengharap kasihku saat aku sedang asik bersama pacarku. Mereka adalah Orang tuaku,sahabatku,kakakku,adikku,dan orang-orang yang kulewatkan saat bersamanya. Aku tak mau asik sendiri menikmati hidupku. Aku ingin bahagia bersama mereka. Mereka yang menungguku kembali.
Ah aku sudah bahagia.
Mungkin terlalu cepat untuk berpaling. Meski melupakan tak secepat jatuh cinta. Tapi rasanya sudah tak bisa lagi mengharapkanmu kembali. Jadi kupilih berpaling. Hingga dia menemukanku. Orang yang kini turut serta mewarnai masa mudaku lagi. Dia bahkan memberiku ruang untuk tetap bahagia bersama sahabat dan orang tuaku.
Aku tak ingin terburu-buru lagi. Kita masih saling mengenal satu sama lain. Aku masih belum bisa mendeskripsikanmu. Tapi,yang kutau kamu selalu bisa membuat mendungku pergi. Membuatku tertawa lebih lepas dari biasanya. Seperti aku bisa menjadi diriku sendiri jika bersamamu.
Mungkin ini terlalu puitis,tapi sayang juga bila tak ditulis.