Selasa, 06 Oktober 2015

Kaila

"Usiaku masih belia untuk menanggung malu"

   Aku Kaila,usiaku dua belas tahun. Aku tinggal di gang sempit pinggiran kota metropolit. Di gubukku,aku tinggal bersama adikku Rio yang masih berusia 5 bulan,ibukku,dan ayahku. Ayahku seorang penjudi dan pemabuk,sedangkan ibukku seorang 'wanita malam'. Beginilah keluargaku,semua orang tau seperti apa keluargaku. Ibuku yang pulang pagi bersama laki-laki yang tak kukenal,ayah yang juga pulang dengan kondisi mabuk,dan aku gadis usia sepuluh tahun yang membawa adiknya kesekolah. Aku takut kejadian itu terulang lagi,kejadian dimana ibu meninggalkan Rio di tempat ia bekerja. 
   Pagi ini aku hidup seperti biasanya,berangkat kesekolah bersama Rio,Ibukku yang baru saja pergi tidur,dan ayahku yang masih menyadarkan diri dari sisa mabuk semalam.Aku sadar dengan merawat adikku,aku takkan sebebas anak-anak seusiaku, ini masa sulitku.Aku sering dicemooh oleh teman-temanku karna latar belakang keluargaku. Guruku sendiri juga sudah sering menegurku agar aku tidak membawa adikku kesekolah.Tersiksa memang,tapi apa boleh buat.Aku bahkan tak punya teman disekolah.Mereka dilarang oleh orang tua mereka untuk berteman denganku.Orang tuanya takut aku akan membawa pengaruh buruk bagi anaknya.
       Disuatu siang,saat aku sedang merawat adikku sambil mencuci pakaian,dua orang polisi berbadan tinggi besar mengetuk pintu rumahku.Mereka mencari ayah.Polisi itu membawa ayahku pergi entah kemana aku tak tahu.Semua orang melihatnya.Aku bertanya kepada mereka kemana ayahku akan pergi.Tapi mereka hanya mencemoohku dan mengatakan bahwa ayahku seorang pembunuh.Aku malu. Aku tak tahu apapun tapi semua orang semakin menghina keluargaku.Saat Ibu pulang,aku menceritakan semuanya.Ibu menangis,ia tak tahu apa yang harus ia perbuat.Mulai malam itu,Ibu tak lagi pergi dimalam hari,ia hanya mengurung diri dikamar dan menangis.Ibu bahkan berhari-hari tak mau makan.Tapi aku senang,setidaknya Ibu ada dirumah bersamaku dan berhenti pergi dengan pria tua yang tak kukenal.Setidaknya aku bisa memandangnya lebih lama meski apa yang kulihat tak sesungguhnya ingin kulihat. Air matanya seakan tak pernah habis.
       Tapi kegembiraanku tak berlangsung lama.Setelah sekitar 2 minggu Ibu menangis dikamar,Ibu pergi dengan pakaian yang lebih minim dari yang biasa ia kenakan.Malam itu, Ibu bersolek sangat cantik. Saat kutanya akan kemana Ibu pergi,Ia hanya membisu lalu pergi meninggalkanku dan Rio.Sepanjang malam aku menunggu Ibu pulang.Tapi sudah pukul 3 pagi Ibu tak kunjung pulang.Keesokan harinya,tak kudapati Ibu dikamarnya.Ibu belum pulang.Aku harus bergegas kesekolah bersama Rio. Tapi sebelum berangkat,badan Rio demam tinggi. Ia sakit. Aku bingung harus bagaimana karena tak sepeserpun uang yangkupunya. Kesana kemari aku meminta pertolongan orang. Sampai aku bertemu Pastur Gereja dekat rumahku.Pastur itu bersedia menolongku dan membawa Rio ke rumah sakit terdekat.Dokter memeriksanya.
          Dokter itu keluar dari ruang periksa. Ia hanya diam sambil menitihkan air matanya.Ia hanya membisikan sesuatu pada pastur itu.Mendengar bisikan dokter,pastur itu malah menangis. Ia lalu membuka mulutnya dan mengatakan bahwa,"Maafkan saya,Rio sudah tenang bersama Bapa disurga".Rio meninggal.Ia seharusnya segera mendapat pertolongan.Aku bahkan tak tahu apa yang dideritanya.Aku pembunuh.Aku membunuh adikku sendiri. Aku bersimpuh dihadapan pastur itu.Aku menangis,menghabiskan seluruh air mata yang kupunya. Kini aku sangat lemah,seperti aku kehilangan separuh nyawaku.Aku memakamkan Rio berdua dengan pastur itu.tak satupun yang melayat.Bahkan Ibuku pun aku tau ia dimana.Aku hanya ingin tinggal menemani Rio,aku tau ia akan menangis nanti malam. Tapi pastur itu mengajakku untuk pergi dan mengantarku pulang.Sesampainya dirumah,kudapati Ibukku merapihkan pakaiannya kedalam sebuah tas besar. Saat kutanya kemana ia akan pergi,ia hanya memberiku sekantung penuh berisi uang dan berkata,"Jaga Rio,Ibu akan pergi mencari uang.". Aku sangat marah. Dengan air mata yang semakin deras mengalir dipipiku, aku membalas perkataannya," Terlambat Bu ! Ia sudah dijaga oleh Tuhan ! Dia mati Bu ! MATI ! Kemana sosok Ibu yang bahkan tak sempat ia rasakan hangatnya pelukan!". Ibu tersentak.Ia tersungkur ketanah dan menangis. Ia masih tak percaya ia melewatkan putra kesayangannya. Tapi tak begitu lama,seorang laki-laki menariknya dan membawanya pergi keluar dari rumahku.
                  Kini aku seorang diri saja,ayahku pembunuh,adikku mati,dan ibukku menjadi wanita jalang. Hancur sudah keluargaku. Di usiaku yang masih belia,aku harus menanggung malu.Menanggung dosa kedua orang tuaku. Kini tak hanya cemo'ohan yang kudapat tapi juga cercaan,penghinaan,dan hal mengerikan lainnya yang tak pantas kudapat. Aku tak tau bagaimana caraku menanggungnya. Hatiku masih cukup rapuh untuk ditempa sekeras ini.Aku hanya bisa menangis dibawah rembulan di sudut rumahku meratapi kesendirianku.

-Grace Putri-

   the

Tidak ada komentar:

Posting Komentar