Senin, 08 Agustus 2016

Anak rantau

     Halo! Senang bisa menulis(curhat) lagi!
Sekarang tanggal 8 Agustus 2016 tepat pukul 21.12 aku menulis lagi.Maaf karna mungkin akan berantakan karna aku menulis langsung diponsel.
     Kali ini aku menulis bukan di kasur kesayanganku dan bukan juga di meja belajar saksi perjuanganku.Kali ini aku menulis di kasur sempit, kamar sempit, dan sangat gerah disini. Puji Tuhan perjuanganku selama kurang lebih 2 tahun ternyata membawaku ke Ibu kota.Kota yang sebenarnya aku tidak terlalu suka dengan macet dan cuacanya. Aku resmi menjadi anak rantau. Meski enak hidup numpang di rumah kerabat di Tangerang selatan, nggak perlu ngekost, makan terjamin, dan sudah pasti nggak akan hidup susah di Jakarta.
    Seminggu sebelum berangkat sudah tak habiskan air mataku, maunya biar pas pamit ndak nangis, malu karna sudah besar.Padahal, waktu kecil sebentar saja ditinggal ibuk rasanya sudah mati karna nangis nggak bisa berhenti.Pas mau berangkat cium tangan ibuk, beneran nggak nangis, ibuk malah yang nangis. Setelah hampir 2 minggu di jakarta, sudah mulai rindu masakan rumah. Ngekost maupun numpang di rumah saudara sama saja, ada enak nggak enaknya.Kangen masakan rumah.Tiap malam aku selalu mengingat lagi kebiasaanku dirumah.Merenung sendiri di kamar sembari chattingan sama ibuk.Rasanya pengen cepet-cepet pulang.
     Tapi ini memang sudah jalanku, pergi, mengenyang pendidikan yang lebih tinggi.Aku sadar, ibuk pulang nggak hanya menungguku tapi juga prestasiku nanti di kampus.Rasanya nggak berani untuk ngadepin tugas senior, belum lagi bapak-bapak kopasus.Dulu sebelum diterima, bapak dan ibuk selalu nunggu disetiap rangkaian tes makanya nggak takut. Sekarang sudah harus berjuang sendiri, tiap pengen nangis tarik nafas dalam-dalam kata bapak.
     Tapi aku selalu ingat pesan guruku, "Kalau nanti kamu harus kuliah jauh, sempatkan untuk setiap pagi tanyakan kabar ibukmu, orang tuamu sudah sangat senang bahwa ternyata anaknya tetap mengingatnya".Tiap pagi aku selalu chat dengan ibuk, sekedar tanya kabar dan masak apa. Ibuk selalu kasih semangat.
     Meski ibuk wanita hebat, tapi aku masih selalu khawatir, takut adekku nyusahin ibuk, takut ibuk nggak ada yang bantuin, takut ibuk nggak ada yang antar jemput, dan takut ibuk sakit.
     Tapi semua rasa takut itu sedikit berkurang saat ibuk kirim foto "selfie" dengan wajah gembira.
      "Walaupun kamu wanita, tapi kamu harus bisa 'survive' kalau mau maju.Bapak sama ibuk tunggu kabar baikmu disini.Jangan pulang kalau pulang cuma bawa kangen, pulang bawa IP tinggi.Kamu punya rumah disana, pintu gereja selalu terbuka buat kamu nduk.Ndak usah sok diet, putri bapak paling cantik.Kamu sudah pengen masuk kampus itu dari dulu, dan bapak sama ibuk tau dan sangat mendukung.Sekarang kamu bisa masuk kesitu karna usaha dan seizin Tuhan Yesus, jangan kecewakan dirimu sendiri.Sekarang jalani dunia perkuliahanmu dengan penuh semangat sama seperti kamu dulu semangat berjuang untuk pergi kesana. Semangat nduk, Tuhan memberkati. Kamu tau bapak sama ibuk sayang sama kamu."



Tidak ada komentar:

Posting Komentar