“Tetaplah
menggendongku dalam pelukmu,Bu.Aku terlalu takut meratapi dosaku.”
Enam belas
tahun sudah Tuhan mengijinkanku mencicipi nikmatnya dunia. Dengan segala rupa
ciptaanNya yang sungguh indah dipandang mata. Aku beruntung menjadi apa adanya
diriku yang sesuai dengan rupa Allah.
Tuhan sudah amat baik padaku,tapi aku masih enggan untuk berucap syukur.Sering
kali aku malah meminta ini itu tanpa rasa cukup.Bahkan,aku menyalahkan Tuhan
karna apa yang aku punya tak seperti yang kumau. Seperti aku ingin punya wajah
yang lebih cantik agar menarik,aku ingin punya uang banyak agar bisa pamer, dan
aku ingin punya orang tua yang tidak pelit dan kaya. Aku terlalu iri dan hanya
ingin menuruti nafsu daging. Entah sudah berapa banyak dosa yang kubuat dengan
mudah. Aku sering ‘ngambek’ dirumah saat keinginanku tak kunjung dituruti. Aku
tak tahu dibelakang kemarahanku,kedua orang tuaku tak mampu menyanggupi
kemauanku. Mereka sering luntang-lantung mencari pinjaman hanya untuk memenuhi
kemauanku. Padahal,masih banyak yang harus mereka cukupi selain menuruti
kemauanku yang konyol dan tak berguna. Mereka juga tak ingin terlihat sedih
dimasa sulit,selalu ingin terlihat berwibawa didepan kami anak-anaknya yang tak
tau diri.
Mereka pembohong besar.
Mereka bohong kalau mereka bilang mereka tak pernah lelah,mereka
bohong saat bilang mereka punya uang banyak,dan mereka bohong saat mereka
memarahiku. Karena,mereka sesungguhnya lelah mencari nafkah,uang mereka habis
untuk membeli ini itu untukku,dan mereka sesungguhnya sedang memberitahuku
kelelahan dan ketidakpunyaan yang mereka alami saat memarahiku. Aku takkan
pernah bisa memilih dimana aku akan dilahirkan,siapa orang tuaku kelak,dan
bagaimana gaya hidupku kelak. Aku cuma makhluk bodoh yang tak tahu diri,enam
belas tahun aku tak menyadari kasihnya yang manis,perjuangannya membesarkanku
yang amat menyiksanya,dan kesabarannya yang seluas samudra. Maafkan aku,Buk Pak.
Aku menyia-nyiakan kasih tulusmu. Aku bahkan tak tau bagaimana caraku menanggung
dosaku,aku tak tahu bagaimana jadinya hidupku saat Tuhan memanggilmu kelak,dan
aku tak tahu bagaimana caranya menebus segala peluh,tangis,dan kerja keras yang
kau tuangkan untukku. Aku takut engkau semakin menua,aku tak tau apa dikala
tuamu nanti aku bisa membahagiakanmu. Tapi Bu Pak, meski tanganmu tak mampu
lagi menggendongku,meski wajahmu telah menua, meski badanmu tak sekuat
dahulu,Ibu akan tetap jadi wanita tercantik dan terkuat dan Bapak akan selalu
menjadi Pria terhebat dan tertampan milikku . Ampuni aku , jangan berhenti
menyebut namaku dalam doamu. Aku berjanji di sisa usiamu kini aku akan
membanggakan dirimu dan memperindah masa tuamu nanti meski tak sebanding dengan
apa yang kau beri padaku.
-Anak muda yang
merindukan pelukan nestapa-
