Mungkin itu perumpamaan yang tepat bagi keserakahan para koruptor. Bagi saya itu bukan suatu keadilan.Mereka yang diberi tahta dan harta hanya seenaknya saja mengambil apa yang bukan menjadi haknya padahal kinerjanya tidak nampak.Sedangkan mereka yang buta aksara bahkan tak mampu membaca apa yang pejabat mereka lakukan dengan uang hasil keringat mereka.Yang hidupnya selalu bersyukur dihina oleh mereka yang bahkan tak pernah bersyukur dan tak pernah merasa cukup.
Perbuatan keji mereka yang mengambil uang rakyat sungguh sangat tidak menghargai keringat 'mereka' yang banting tulang hanya untuk membayar pajak alias memberi makan tikus-tikus kotor itu. Saya sendiri bingung, apa koruptor tidak kenyang atau masih haus akan belaian rupiah dikantong mereka ? Apa mereka tak pernah melihat ke atas atau ke bawah ?
Tapi saya paham betul bahwa tidak akan ada abu kalau tidak ada asap. Koruptor pasti juga punya alasan yang membuat mereka mengambil uang rakyat.
PERUT .
Sekarang ini semua orang bahkan bisa saling membunuh kalau tuntutan perut. Kasus anak meninggal ditangan ibu tiri juga karna perut hanya saja hal itu ditutupi oleh dengki.Padahal dibawah sana,orang-orang justru berbagi sepotong roti agar bisa dinikmati bersama. Bisa makan sekali sehari saja sudah sujud syukur. Mereka bisa sangat sesusah itu karena uang hasil keringat mereka,dipakai untuk pendidikan anak-anaknya, dan membayar pajak agar tak diusir dari 'gubuk' mereka.Seharusnya yang kaya lebih bisa berkaca. Sudahkah mereka bersyukur atas apa yang mereka punya ?
"Tidak ada yang tau siapa yang pantas untuk menduduki tahta,tapi hendaklah yang dipantaskan untuk duduk juga memantaskan diri."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar