Minggu, 27 September 2015

Ada hati yang termanis dan penuh cinta

“Tetaplah menggendongku dalam pelukmu,Bu.Aku terlalu takut meratapi dosaku.”
                Enam belas tahun sudah Tuhan mengijinkanku mencicipi nikmatnya dunia. Dengan segala rupa ciptaanNya yang sungguh indah dipandang mata. Aku beruntung menjadi apa adanya diriku yang sesuai dengan rupa  Allah. Tuhan sudah amat baik padaku,tapi aku masih enggan untuk berucap syukur.Sering kali aku malah meminta ini itu tanpa rasa cukup.Bahkan,aku menyalahkan Tuhan karna apa yang aku punya tak seperti yang kumau. Seperti aku ingin punya wajah yang lebih cantik agar menarik,aku ingin punya uang banyak agar bisa pamer, dan aku ingin punya orang tua yang tidak pelit dan kaya. Aku terlalu iri dan hanya ingin menuruti nafsu daging. Entah sudah berapa banyak dosa yang kubuat dengan mudah. Aku sering ‘ngambek’ dirumah saat keinginanku tak kunjung dituruti. Aku tak tahu dibelakang kemarahanku,kedua orang tuaku tak mampu menyanggupi kemauanku. Mereka sering luntang-lantung mencari pinjaman hanya untuk memenuhi kemauanku. Padahal,masih banyak yang harus mereka cukupi selain menuruti kemauanku yang konyol dan tak berguna. Mereka juga tak ingin terlihat sedih dimasa sulit,selalu ingin terlihat berwibawa didepan kami anak-anaknya yang tak tau diri.
Mereka pembohong besar.
Mereka bohong kalau  mereka bilang mereka tak pernah lelah,mereka bohong saat bilang mereka punya uang banyak,dan mereka bohong saat mereka memarahiku. Karena,mereka sesungguhnya lelah mencari nafkah,uang mereka habis untuk membeli ini itu untukku,dan mereka sesungguhnya sedang memberitahuku kelelahan dan ketidakpunyaan yang mereka alami saat memarahiku. Aku takkan pernah bisa memilih dimana aku akan dilahirkan,siapa orang tuaku kelak,dan bagaimana gaya hidupku kelak. Aku cuma makhluk bodoh yang tak tahu diri,enam belas tahun aku tak menyadari kasihnya yang manis,perjuangannya membesarkanku yang amat menyiksanya,dan kesabarannya yang seluas samudra. Maafkan aku,Buk Pak. Aku menyia-nyiakan kasih tulusmu. Aku bahkan tak tau bagaimana caraku menanggung dosaku,aku tak tahu bagaimana jadinya hidupku saat Tuhan memanggilmu kelak,dan aku tak tahu bagaimana caranya menebus segala peluh,tangis,dan kerja keras yang kau tuangkan untukku. Aku takut engkau semakin menua,aku tak tau apa dikala tuamu nanti aku bisa membahagiakanmu. Tapi Bu Pak, meski tanganmu tak mampu lagi menggendongku,meski wajahmu telah menua, meski badanmu tak sekuat dahulu,Ibu akan tetap jadi wanita tercantik dan terkuat dan Bapak akan selalu menjadi Pria terhebat dan tertampan milikku . Ampuni aku , jangan berhenti menyebut namaku dalam doamu. Aku berjanji di sisa usiamu kini aku akan membanggakan dirimu dan memperindah masa tuamu nanti meski tak sebanding dengan apa yang kau beri padaku.
-Anak muda yang merindukan pelukan nestapa-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar